Minggu, 03 Desember 2017

LAPORAN BIOPER


ACARA VI
PENGAMATAN MORFOLOGI TELUR PADA  BEBERAPA
 SPESIES IKAN

Disusun oleh :
Kelompok 6

Safitri Citra Rahayu                L1A015016
Uli Cahyati                              L1A015032
Gustri Gyara Hertami             L1B015035
M Asri Tafiq Nur Salim          L1B015048
Kris Listiani Safitri                 L1B015057
  M Ari Ardiana                      L1C015001
Nur Ihsan Sidqi Kurniawan    L1C015026

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Ukuran - ukuran telur lain mencakup volume telur, bobot basah dan bobot kering. Dan bentuk telur pada ikan – ikan teleosteiumumnya berbentuk bulat teratur, setiap spesies ikan memepunyai ukuran dan bentuk yang bervariasi. Bagian telur ikan umumnya di susun oleh bagian – bagian : chorion, pervitelline space, plasma membrane, yolk, cortical cytoplasma, nucleus, dan  micropyle. Telur merupakan cikal bakal bagi suatu mahkluk hidup yang di produksi dalam ovarium. Kuning telur sangat di butuhkan sebagai nutrien bagi perkembangan embrio. Ukuran telur dapat dinyatakan dalam banyak cara. Diameter tunggal biasa digunakan, tetapi juga diameter terpanjang, panjang telur dan lebar telur kadang – kadang digunakan. (Anonim, 2009).
Telur ikan adalah sel gamet betina yang mempunyai program perkembangan untuk menjadi individu baru, setelah program perkembangan tersebut diaktifkan oleh spermatozoa. Sifat khusus telur ikan antara lain adalah ukurannya besar, memiliki bungkus telur, memiliki mikrofil dan memiliki cadangan makanan. Sifat telur ikan secara umum adalah bersifat totipotensi yaitu memiliki kemampuan berkembang menjadi suatu individu. Sifat lainnya adalah sel telur yang tenggelam dan melayang. Serta memiliki polaritas yaitu ada dua kutub berlawanan yang berbeda (Dian, 2010).
Tidak semua telur ikan memiliki bentuk yang sama, namun ada juga telur yang mempunyai bentuk, warna dan ukuran yang berbeda atau hampir sama. Seperti pada spesies yang ada dalam satu genus atau yang berdekatan dengan faktor pembeda yang sangat kecil bergantung pada spesiesnya (Dian, 2010).

Secara struktural sel telur ikan sangat berbeda dari sel tubuh lainnya, tetapi sama dengan sel telur lainnya yaitu memiliki organel telur khusus sel telur yang disebut kortikel, granula, atau kortikel alveoli (Effendi, 1997). Ada empat struktur yang khusus pada telur ikan yang sangat mencolok yaitu : ukurannya besar, memiliki bungkus telur, memiliki cadangan makanan, memiliki mikrofil (Sistina, 1999).

1.2.      Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengamati bentuk, ukuran, warna dan struktur telur pada beberapa spesies ikan.

















BABA II  TINJAUAN PUSTAKA
Sebagian besar spesies ikan adalah gonokoristik (dioecious), dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama.   Gonokoristik terdiri atas dua kelompok : 1) kelompok yang tidak berdeferensi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad dalam keadaan belum dapat teridentifikasi (jantan atau betina) 2) kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya (jantan atau betina) (Fujaya, 2004).
Telur ikan adalah sel gamet betina yang mempunyai program perkembangan untuk mejadi individu baru, stelah program perkembangan tersebut diaktifkan oleh spermatozoa. Larva adalah stadium tertentu dari perkembangan individu yang memiliki pola perkembangan tidak langsung. Perkembangan tidak langsung adalah pola perkembangan hewan yang dalam tahapan atau stadium hidupnya memiliki tahapan bentuk larva yang memiliki perkembangan postnatal yang melibatkan satu atau lebih tahapan bentuk larva. Larva secara umum memiliki dua bentuk, yaitu radial simetri dan bilateral simetri. Larva berasal dari sel telur yang dibuahi atau biasanya disebut zigot. Sel tunggal zigot selanjutnya akan berkembang melalui cara cleavage, yaitu pembelahan mitosis biasa dari sel dalam stadium awal perkembangan (Sistina, 1999).
Struktur telur ikan yang sangat menonjol yaitu : ukurannya besar, memiliki bungkus telur, memiliki cadangan makanan dan memiliki mikrofil. Perkembangan telur ikan sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen yang optimal, kandungan karbondioksida dan racun minimal, serta harus bebas dari musuh-musuh telur yaitu bakteri, jamur dan zooplankton. Telur biasanya ditemukan mati pada saat tahapan morula atau embrio. Sebab-sebab kematian telur pada umumnya adalah kekurangan oksigen, temperatur yang tidak cocok dan serangan bakteri (Sistina, 1999).
Klasifikasi ikan nilem adalah sebagai berikut :
Kingdom    : Animalia
Filum          : Chordata
Kelas           : Pisces
Ordo           : Ostariophysi
Famili          : Cyprinidae
Genus         : Osteochilus
Spesies        : Osteochilus hasselti (Saanin, 1984)






Gambar 1. Ikan Nilem
Ikan nilem atau dalam bahasa ilmiah disebut Osteocilus hasselti, ikan yang hidup atau bergerak pada daerah sungai-sungai berarus deras. Telur yang baik adalah telur yang berwarna transparan (Ardiwinata, 1984). Telur dari hewan yang bertulang belakang, secara umum dapat dibedakan berdasarkan kandungan kuning telur dalam sitoplasmanya (Wahyuningsih et al, 2006), yaitu :
1.      Telur Homolecithal (isolecithal)
Golongan telur ini hanya terdapat pada mamalia. Jumlah kuning telurnya hanya sedikit terutama dalam bentuk butir-butir lemak dan kuning telur yang terbesar di dalam sitoplasma.
2.      Telur Telolecithal
Golongan telur ini terdapat sejumlah kuninng telur yang berkumpul pada saat satu kutubnya. Ikan tergolong hewan yang mempunyai jenis telur tersebut. Telur ikan dapat dikelompokan berdasarkan sifat-sifat yang lain (Wahyuningsih et al, 2006), yaitu :
1. Sitstem pengelompokan berdasarkan jumlah kuning telurnya:
a.      Oligolecithal : Telur dengan kuning telur sangat sedikit jumlahnya, contoh ikan Amphioxus
b.      Telolecithal : Telur dengan ukuran kuning telur lebih banyak dari oligolecithal. Umunya jenis telur ini banyak dijumpai di daerah empat musim, contoh ikan Sturgeon
c.       Makrolecithal : Telur dengan kuning telur relatif banyak dan keping sitoplasma di bagian kutub animanya. Telur semacam ini banyak terdapat pada kebanyakan ikan.
2.  Sistem yang berdasarkan jumlah kuning telur namun dikelaskan lebih lanjut berdasarkan berat jenisnya :
a.      Non Bouyant : telur yang tenggelam ke dasar saat dikeluarkan dari induknya. Contoh telur ikan trout dan ikan salmon.
b.      Semi Bouyant : telur tenggelam ke dasar perlahan-perlahan, mudah tersangkut dan umumnya telur berukuran kecil, contoh telur ikan coregonus.
c.       Terapung : telur dilengkapi dengan butir minyak yang besar sehingga dapat terapung. Umumnya terdapat pada ikan-ikan yang hidup di laut.
3.  Telur dikelompokan berdasarkan kualitas kulit luarnya :
a.      Non Adhesive : telur sedikit adhesive pada waktu pengerasan cangkangnya, namun kemudian setelah itu telur sama sekali tidak menempel pada apapun juga, contoh telur ikan salmon.
b.      Adhesive : setelah proses  pengerasan cangkang, telur bersifat lengket sehingga akan mudah menempel pada daun, akar dan sebagainya, contoh telur ikan mas (Cyprinus carpio).
c.       Bertangkai : telur ini merupakan keragaman dari telur adhesive, terdapat suatu bentuk tangkai kecil untuk menempelkan telur pada substrat.
d.     Telur Berenang : terdapat filamen yang panjang untuk menempel pada substrat atau filament tersebut untuk membantu telur terapung sehingga sampai ke tempat yang dapat ditempelinya, contoh telur ikan hiu (Scylliohinus sp.)
e.      Gumpalan Lendir : telur-telur diletakan pada rangkaian lendir atau gumpalan lendir, contoh telur ikan lele.


















BABA III MATERI DAN METODE
3.1.      Materi
3.1.1.   Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Loup, mikroskop, jarum, gelas arloji atau cawan petri.
3.1.2.   Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah telur segar yang baru dikeluarkan dari tubuh ikan.
3.2 Metode
Langkah pertama dalam meneliti  morfologi telur, metode kerja yang pertama sampel telur diambil sebanyak kurang lebih 10 butir telur. Bentuk, kondisi kulit telur, dan warna telur diamati dengan menggunakan mikroskop atau loupe. Diameter telur sebanyak 10 butir diukur dengan menggunakan jangka mikoskop berskala. Dengan bantuan loupe atau mikroskop telur digambar, jika memungkinkan dilengkapi dengan bentuk mikrofil, kemudian dicatat secermat mungkin.

3.3  Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan acara VI pengamatan motfologi telur ikan dilaksanakan pada hari Sabtu, 08 Oktober 2016 pukul 13.00 WIB ( pengamatan sebelum pengawetan ) dan hari Rabu, 12 Oktober 2016 pukul 19.00 WIB (pengamtan sesudah diawetkan) di Laboratorium Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.



IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Hasil
Pengamatan Morfologi Telur pada Beberapa Spesies Ikan Sebelum dan sesudah pengawetan pada beberapa larutan
Tabel 1. Sebelum pengawetan
Telur ke-
Warna
Bentuk
Gambar
1
Kuning
Tidak beraturan
2
Kuning
Bulat
3
Kuning
Tidak beraturan
4
Kuning
Tidak beraturan
5
Kuning
Bulat
6
Kuning
Tidak beraturan
7
Kuning
Bulat
8
Kuning
Oval
9
Kuning
Bulat
10
Kuning
Bulat

Tabel 2. Pengawetan pada larutan formalin
Telur ke-
Warna
Bentuk
Gambar
1
Kekuningan
Oval
2
Kekuningan
Tidak beraturan
3
Kekuningan
Tidak beraturan
4
Kekuningan
Tidak beraturan
5
Kekuningan
Tidak beraturan
6
Kekuningan
Tidak beraturan
7
Kekuningan
Tidak beraturan
8
Kekuningan
Tidak beraturan
9
Kekuningan
Tidak beraturan
10
Kekuningan
Tidak beraturan


Tabel 3. Pengawetan Larutan Gilson
Telur ke-
Warna
Bentuk
Gambar
1
Kehitaman
Tidak beraturan
2
Kehitaman
Bulat
3
Kehitaman
Tidak beraturan
4
Kehitaman
Tidak beraturan
5
Kehitaman
Tidak beraturan
6
Kehitaman
Tidak beraturan
7
Kehitaman
Tidak beraturan
8
Kehitaman
Tidak beraturan
9
Kehitaman
Tidak beraturan
10
Kehitaman
Tidak beraturan

Tabel 4.  Pengawetan dengan Pendinginan
Telur ke-
Warna
Bentuk
Gambar
1
Orange
Tidak beraturan
2
Orange
Tidak beraturan
3
Orange
Tidak beraturan
4
Orange
Tidak beraturan
5
Orange
Tidak beraturan
6
Orange
Tidak beraturan
7
Orange
Tidak beraturan
8
Orange
Tidak beraturan
9
Orange
Tidak beraturan
10
Orange
Tidak beraturan




4.2.      Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum dapat dilihat terdapat beberapa jenis atau tipe dari bentuk, ukuran dan perbedaan warna pada telur-telur ikan nilem. Menurut hasil dari data praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ikan nilem memiliki tiga jenis bentuk telur yaitu bulat, lonjong dan tidak beraturan. Memiliki warna yang berbeda-beda diataranya berwarna cokelat, cokelat gelap/kehitaman, cokelat transparan dan kuning bening transparan. Telur dari ikan nilem juga memiliki ukuran, bentuk dan warna yang berbeda-beda dari ± 40 butir telur yang dijadikan sampel.
Struktur umum telur pada berbagai jenis ikan berbentuk memanjang walapun demikian, terdapat juga bentuk lain misalnya pada ikan salmon dan ikan cap yang berbentuk bulat. Telur ikan dibungkus oleh membran tipis semi transparan (kantung telur), dan berisi cairan telur yang berupa koloid dari protein dengan butiran-butiran lemak dan inti sel. Pada beberapa jenis ikan, kantong telur terdiri atas 3 lapisan, yaitu membran padat di bagian luar, lapisan tengah dan lapisan sebelah dalam yang agak lunak. Pada bagian antara kantong dan telur, terdapat pigmen yang membuat telur menjadi berwarna (Zaitsev et al., 1969 dalam Rosmawati Peranginangin, 2008). (Rosmawati Peranginangin, 2008). Namun dalam pelaksanaan praktikum biasanya banyak terdapat berbagai kesalahan dalam perlakuan yang menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan bentuk dari telur, terutama dalam pengambilan sampel telur. Karena tekstur telur ikan nilem yang lengket juga menjadi salah satu penyebab perbedaan bentuk telur dalam pengambilan sampel. Berdasarkan hasil data praktikum, pengawetan telur juga menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan warna pada telur ikan.
Data pengambilan sampel telur diambil dari berbagai jenis pengawetan, diantaranya tanpa pengawetan, pengawetan dengan formalin, pengawetan dengan larutan gilson dan dengan pendinginan. Pada pengawetan dengan larutan Gilson, gonad tersebut diawetkan dengan larutan Gilson dengan bertujuan untuk melarutkan dinding gonad sehingga butiran telur terlepas. Larutan Gilson dapat melarutkan jaringan-jaringan pembungkus telur sehingga memudahkan dalam perhitungan butir-butir telur (Fahry Unus dan Sharifuddin, 2010).
Morfologi telur erat kaitannya dengan fekunditas. Dalam menghitung fekunditas, yang dihitung adalah telur-telur yang benar-benar sudah matang, ini berarti butiran-butiran telur sudah standar ukurannya (Mujimin, 2008). Berhubungan dengan fekunditas, lokasi dan kelimpahan telur ikan memberikan informasi mengenai waktu dan lokasi kegiatan pemijahan, dan dapat memberikan perikanan independen perkiraan biomassa pemijahan. Namun, nilai penuh telur dan survei larva sangat dibatasi karena banyak spesies telur dan larva secara morfologis mirip, membuat spesies tingkat identifikasi sulit (Lani U. Gleason dan Ronald S. Burton).
Diameter telur ada hubungannya dengan fekunditas. Makin banyak telur yang dipijahkan, maka ukuran diameter telurnya makin kecil, demikian pula sebaliknya (Tang da Affandi, 2001). Hal ini juga ditemukan oleh Wootton (1998) bahwa ikan yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas yang lebih banyak, sedangkan yang memiliki diameter telur yang besar cenderung memiliki fekunditas yang rendah. Semakin besar ukuran diameter telur akan semakin baik, karena dalam telur tersebut tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan dapat bertahan lebih lama. Larva yang berasal dari telur yang besar memiliki keuntungan karena memiliki cadangan kuning telur yang lebih banyak sebagai sumber energi sebelum memperoleh makanan dari luar.





BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
1.      Bentuk telur pada ikan nilem berbeda-beda berdasarkan perbedaan pengawetan.
2.      Dari 10 sampel telur, 5 telur berbentuk bulat, 1 telur bentuk oval dan 4 telur berbentuk tidak beraturan pada telur tanpa pengawetan dengan warna rata – rata kuning.
3.      Telur berdasarkan pengawetan dengan formalin memiliki 9 bentuk telur tidak beraturan dan 1 telur memiliki bentuk oval dengan warna kekuningan.
4.      Pengawetan dengan larutan Gilson terdapat 9 bentuk telur tidak beraturan dan 1 bentuk telur berbentuk bulat dengan warna kehitaman.
5.      Pengawetan dengan proses pendinginan terdapat semua sample telur berbentuk tidak beraturan dengan warna orange.
6.      Semakin besar ukuran diameter dan semakin baik bentuk serta warna telur akan semakin baik, karena dalam telur tersebut tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan dapat bertahan lebih lama.
7.      Bentuk telur yang umum adalah bulat, ada juga bentuk lonjong, oval dengan beberapa variasi, warna telur umumnya kuning dengam gradasi bervariasi.

5.2.      Saran
Pengambilan sampel telur pada ikan untuk pengamatan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak dan merubah bentuk telur, karena ketidak hatian dalam pengambilan sampel menjadi salah satu penyebab kesalahan bentuk morfologi telur.







DAFTAR PUSTAKA
Ardiwinata. 1984. Embriologi Perbandingan. Armica. Bandung.
Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Kanisius. Yayasan Pustaka Nusatama, Jogjakarta.
Fahry Unus dan Sharifuddin Bin Andy Omar. 2010. Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Malalugis Biru (Decapterus macarellus Cuvier, 1833) Di Perairan Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah. Torani (jurnal ilmu kelautan dan perikanan). 20 (1) : 37-43.
Lani U. Gleason dan Ronald S. Burton. 2011. High-Throughput Molecular Identification Of Fish Eggs Using Multiplex Suspension Bead Arrays. Molecular ecology resources. 1-10.
Mujimin, 2008. Menghitung Fekunditas Telur Ikan. Teknisi Litkayasa Akuakultur. 3 (1).
Peranginangin, Rosmawaty. 2008. Teknologi Pengolahan Telur Ikan. Squalen. Volume 3. Nomor 1.
Sistina, Yulia. 1999. Biologi Larva Petunjuk Mata Kuliah dan Praktikum. Unsoed. Purwokerto.
Wahyuningsih, Hesti et. Al. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dian, Trianasari. 2010. Laporan praktikum biologi perikanan/JPK’07/Unsoed. http://id.scribd.com/doc/29880323/Laporan-Praktikum-Biologi-Perikanan-JPK-07-UNSOED, diakses 30 Oktober 2016 pukul 20.00 WIB
Setiadi, Asep. 2010. Biologi larva hewan akuatik morfologi telur ikan. http://aepcute.blogspot.com/, diakses 30 Oktober 2016 pukul 20.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar