ACARA VI
PENGAMATAN MORFOLOGI TELUR
PADA BEBERAPA
SPESIES IKAN
Disusun oleh :
Kelompok 6
Safitri Citra Rahayu L1A015016
Uli Cahyati L1A015032
Gustri Gyara Hertami L1B015035
M Asri Tafiq Nur Salim L1B015048
Kris Listiani Safitri L1B015057
M Ari Ardiana L1C015001
Nur Ihsan Sidqi Kurniawan L1C015026
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN
PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
PURWOKERTO
2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ukuran - ukuran telur lain mencakup volume telur, bobot
basah dan bobot kering. Dan bentuk telur pada ikan – ikan teleosteiumumnya
berbentuk bulat teratur, setiap spesies ikan memepunyai ukuran dan bentuk yang
bervariasi. Bagian telur ikan umumnya di susun oleh bagian – bagian : chorion,
pervitelline space, plasma membrane, yolk, cortical cytoplasma, nucleus, dan micropyle. Telur merupakan cikal bakal bagi suatu mahkluk hidup yang
di produksi dalam ovarium. Kuning telur sangat di butuhkan sebagai nutrien bagi
perkembangan embrio. Ukuran telur dapat dinyatakan dalam banyak cara. Diameter
tunggal biasa digunakan, tetapi juga diameter terpanjang, panjang telur dan
lebar telur kadang – kadang digunakan. (Anonim, 2009).
Telur ikan adalah sel gamet betina yang mempunyai program
perkembangan untuk menjadi individu baru, setelah program perkembangan tersebut
diaktifkan oleh spermatozoa. Sifat khusus telur ikan antara lain adalah
ukurannya besar, memiliki bungkus telur, memiliki mikrofil dan memiliki
cadangan makanan. Sifat telur ikan secara umum adalah bersifat totipotensi
yaitu memiliki kemampuan berkembang menjadi suatu individu. Sifat lainnya
adalah sel telur yang tenggelam dan melayang. Serta memiliki polaritas yaitu
ada dua kutub berlawanan yang berbeda (Dian, 2010).
Tidak semua telur ikan memiliki bentuk yang sama, namun
ada juga telur yang mempunyai bentuk, warna dan ukuran yang berbeda atau hampir
sama. Seperti pada spesies yang ada dalam satu genus atau yang berdekatan
dengan faktor pembeda yang sangat kecil bergantung pada spesiesnya (Dian,
2010).
Secara struktural sel telur ikan sangat berbeda dari sel
tubuh lainnya, tetapi sama dengan sel telur lainnya yaitu memiliki organel
telur khusus sel telur yang disebut kortikel, granula, atau kortikel alveoli
(Effendi, 1997). Ada empat struktur yang khusus pada telur ikan yang sangat
mencolok yaitu : ukurannya besar, memiliki bungkus telur, memiliki cadangan
makanan, memiliki mikrofil (Sistina, 1999).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengamati bentuk,
ukuran, warna dan struktur telur pada beberapa spesies ikan.
BABA II TINJAUAN PUSTAKA
Sebagian besar spesies ikan adalah gonokoristik
(dioecious), dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Gonokoristik terdiri atas dua kelompok : 1)
kelompok yang tidak berdeferensi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad
dalam keadaan belum dapat teridentifikasi (jantan atau betina) 2) kelompok yang
berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya (jantan
atau betina) (Fujaya, 2004).
Telur ikan adalah sel gamet betina yang mempunyai program
perkembangan untuk mejadi individu baru, stelah program perkembangan tersebut
diaktifkan oleh spermatozoa. Larva adalah stadium tertentu dari perkembangan
individu yang memiliki pola perkembangan tidak langsung. Perkembangan tidak
langsung adalah pola perkembangan hewan yang dalam tahapan atau stadium
hidupnya memiliki tahapan bentuk larva yang memiliki perkembangan postnatal
yang melibatkan satu atau lebih tahapan bentuk larva. Larva secara umum
memiliki dua bentuk, yaitu radial simetri dan bilateral simetri. Larva berasal
dari sel telur yang dibuahi atau biasanya disebut zigot. Sel tunggal zigot
selanjutnya akan berkembang melalui cara cleavage, yaitu pembelahan mitosis
biasa dari sel dalam stadium awal perkembangan (Sistina, 1999).
Struktur telur ikan yang sangat menonjol yaitu :
ukurannya besar, memiliki bungkus telur, memiliki cadangan makanan dan memiliki
mikrofil. Perkembangan telur ikan sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen
yang optimal, kandungan karbondioksida dan racun minimal, serta harus bebas
dari musuh-musuh telur yaitu bakteri, jamur dan zooplankton. Telur biasanya
ditemukan mati pada saat tahapan morula atau embrio. Sebab-sebab kematian telur
pada umumnya adalah kekurangan oksigen, temperatur yang tidak cocok dan
serangan bakteri (Sistina, 1999).
Klasifikasi ikan nilem adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochilus
hasselti (Saanin, 1984)
Gambar 1. Ikan Nilem
Ikan nilem atau dalam bahasa ilmiah disebut Osteocilus
hasselti, ikan yang hidup atau bergerak pada daerah sungai-sungai berarus
deras. Telur yang baik adalah telur yang berwarna transparan (Ardiwinata,
1984). Telur dari hewan yang bertulang belakang, secara umum dapat dibedakan
berdasarkan kandungan kuning telur dalam sitoplasmanya (Wahyuningsih et al,
2006), yaitu :
1.
Telur
Homolecithal (isolecithal)
Golongan telur ini hanya terdapat pada mamalia. Jumlah
kuning telurnya hanya sedikit terutama dalam bentuk butir-butir lemak dan
kuning telur yang terbesar di dalam sitoplasma.
2.
Telur
Telolecithal
Golongan telur ini terdapat sejumlah kuninng telur yang
berkumpul pada saat satu kutubnya. Ikan tergolong hewan yang mempunyai jenis
telur tersebut.
Telur ikan
dapat dikelompokan berdasarkan sifat-sifat yang lain (Wahyuningsih et al,
2006), yaitu :
1. Sitstem pengelompokan berdasarkan
jumlah kuning telurnya:
a.
Oligolecithal :
Telur dengan kuning telur sangat sedikit jumlahnya, contoh ikan Amphioxus
b.
Telolecithal :
Telur dengan ukuran kuning telur lebih banyak dari oligolecithal. Umunya jenis
telur ini banyak dijumpai di daerah empat musim, contoh ikan Sturgeon
c.
Makrolecithal :
Telur dengan kuning telur relatif banyak dan keping sitoplasma di bagian kutub
animanya. Telur semacam ini banyak terdapat pada kebanyakan ikan.
2. Sistem yang
berdasarkan jumlah kuning telur namun dikelaskan lebih lanjut berdasarkan berat
jenisnya :
a.
Non Bouyant :
telur yang tenggelam ke dasar saat dikeluarkan dari induknya. Contoh telur ikan
trout dan ikan salmon.
b.
Semi Bouyant :
telur tenggelam ke dasar perlahan-perlahan, mudah tersangkut dan umumnya telur
berukuran kecil, contoh telur ikan coregonus.
c.
Terapung :
telur dilengkapi dengan butir minyak yang besar sehingga dapat terapung.
Umumnya terdapat pada ikan-ikan yang hidup di laut.
3. Telur
dikelompokan berdasarkan kualitas kulit luarnya :
a.
Non Adhesive :
telur sedikit adhesive pada waktu pengerasan cangkangnya, namun kemudian
setelah itu telur sama sekali tidak menempel pada apapun juga, contoh telur
ikan salmon.
b.
Adhesive :
setelah proses pengerasan cangkang, telur bersifat lengket sehingga akan
mudah menempel pada daun, akar dan sebagainya, contoh telur ikan mas (Cyprinus
carpio).
c.
Bertangkai : telur
ini merupakan keragaman dari telur adhesive, terdapat suatu bentuk tangkai
kecil untuk menempelkan telur pada substrat.
d.
Telur Berenang
: terdapat filamen yang panjang untuk menempel pada substrat atau filament
tersebut untuk membantu telur terapung sehingga sampai ke tempat yang dapat
ditempelinya, contoh telur ikan hiu (Scylliohinus sp.)
e.
Gumpalan Lendir
: telur-telur diletakan pada rangkaian lendir atau gumpalan lendir, contoh
telur ikan lele.
BABA III MATERI DAN
METODE
3.1.
Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Loup, mikroskop,
jarum, gelas arloji atau cawan petri.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah telur
segar yang baru dikeluarkan dari tubuh ikan.
3.2 Metode
Langkah pertama dalam meneliti morfologi telur,
metode kerja yang pertama sampel telur diambil sebanyak kurang lebih 10 butir telur.
Bentuk, kondisi kulit telur, dan warna telur diamati dengan menggunakan
mikroskop atau loupe. Diameter telur sebanyak 10 butir diukur dengan menggunakan jangka mikoskop
berskala. Dengan bantuan loupe atau mikroskop telur digambar, jika memungkinkan
dilengkapi dengan bentuk mikrofil, kemudian dicatat secermat mungkin.
3.3 Waktu dan
Tempat
Praktikum
Biologi Perikanan acara VI pengamatan motfologi telur ikan
dilaksanakan pada hari Sabtu, 08
Oktober 2016 pukul 13.00 WIB ( pengamatan sebelum pengawetan ) dan hari Rabu, 12
Oktober 2016 pukul 19.00
WIB
(pengamtan sesudah diawetkan) di
Laboratorium Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengamatan
Morfologi Telur pada Beberapa Spesies Ikan Sebelum dan sesudah pengawetan pada beberapa
larutan
Tabel 1. Sebelum pengawetan
Telur ke-
|
Warna
|
Bentuk
|
Gambar
|
1
|
Kuning
|
Tidak beraturan
|
|
2
|
Kuning
|
Bulat
|
|
3
|
Kuning
|
Tidak beraturan
|
|
4
|
Kuning
|
Tidak beraturan
|
|
5
|
Kuning
|
Bulat
|
|
6
|
Kuning
|
Tidak beraturan
|
|
7
|
Kuning
|
Bulat
|
|
8
|
Kuning
|
Oval
|
|
9
|
Kuning
|
Bulat
|
|
10
|
Kuning
|
Bulat
|
Tabel 2. Pengawetan pada larutan
formalin
Telur ke-
|
Warna
|
Bentuk
|
Gambar
|
1
|
Kekuningan
|
Oval
|
|
2
|
Kekuningan
|
Tidak beraturan
|
|
3
|
Kekuningan
|
Tidak beraturan
|
|
4
|
Kekuningan
|
Tidak beraturan
|
|
5
|
Kekuningan
|
Tidak beraturan
|
|
6
|
Kekuningan
|
Tidak beraturan
|
|
7
|
Kekuningan
|
Tidak beraturan
|
|
8
|
Kekuningan
|
Tidak beraturan
|
|
9
|
Kekuningan
|
Tidak beraturan
|
|
10
|
Kekuningan
|
Tidak beraturan
|
Tabel 3. Pengawetan Larutan Gilson
Telur ke-
|
Warna
|
Bentuk
|
Gambar
|
1
|
Kehitaman
|
Tidak beraturan
|
|
2
|
Kehitaman
|
Bulat
|
|
3
|
Kehitaman
|
Tidak beraturan
|
|
4
|
Kehitaman
|
Tidak beraturan
|
|
5
|
Kehitaman
|
Tidak beraturan
|
|
6
|
Kehitaman
|
Tidak beraturan
|
|
7
|
Kehitaman
|
Tidak beraturan
|
|
8
|
Kehitaman
|
Tidak beraturan
|
|
9
|
Kehitaman
|
Tidak beraturan
|
|
10
|
Kehitaman
|
Tidak beraturan
|
Tabel 4. Pengawetan dengan Pendinginan
Telur ke-
|
Warna
|
Bentuk
|
Gambar
|
1
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
|
2
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
|
3
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
|
4
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
|
5
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
|
6
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
|
7
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
|
8
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
|
9
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
|
10
|
Orange
|
Tidak beraturan
|
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum dapat dilihat terdapat
beberapa jenis atau tipe dari bentuk, ukuran dan perbedaan warna pada
telur-telur ikan nilem. Menurut hasil dari data praktikum yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa ikan nilem memiliki tiga jenis bentuk telur yaitu bulat,
lonjong dan tidak beraturan. Memiliki warna yang berbeda-beda diataranya
berwarna cokelat, cokelat gelap/kehitaman, cokelat transparan dan kuning bening
transparan. Telur dari ikan nilem juga memiliki ukuran, bentuk dan warna yang
berbeda-beda dari ± 40 butir telur yang dijadikan sampel.
Struktur umum telur pada berbagai jenis ikan berbentuk
memanjang walapun demikian, terdapat juga bentuk lain misalnya pada ikan salmon
dan ikan cap yang berbentuk bulat. Telur ikan dibungkus oleh membran tipis semi
transparan (kantung telur), dan berisi cairan telur yang berupa koloid dari
protein dengan butiran-butiran lemak dan inti sel. Pada beberapa jenis ikan,
kantong telur terdiri atas 3 lapisan, yaitu membran padat di bagian luar,
lapisan tengah dan lapisan sebelah dalam yang agak lunak. Pada bagian antara
kantong dan telur, terdapat pigmen yang membuat telur menjadi berwarna (Zaitsev
et al., 1969 dalam Rosmawati Peranginangin, 2008). (Rosmawati
Peranginangin, 2008). Namun dalam pelaksanaan praktikum biasanya banyak
terdapat berbagai kesalahan dalam perlakuan yang menjadi salah satu faktor
penyebab perbedaan bentuk dari telur, terutama dalam pengambilan sampel telur.
Karena tekstur telur ikan nilem yang lengket juga menjadi salah satu penyebab
perbedaan bentuk telur dalam pengambilan sampel. Berdasarkan hasil data
praktikum, pengawetan telur juga menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan
warna pada telur ikan.
Data pengambilan sampel telur diambil dari berbagai jenis
pengawetan, diantaranya tanpa pengawetan, pengawetan dengan formalin,
pengawetan dengan larutan gilson dan dengan pendinginan. Pada pengawetan dengan
larutan Gilson, gonad tersebut diawetkan dengan larutan Gilson dengan bertujuan
untuk melarutkan dinding gonad sehingga butiran telur terlepas. Larutan Gilson
dapat melarutkan jaringan-jaringan pembungkus telur sehingga memudahkan dalam
perhitungan butir-butir telur (Fahry Unus dan Sharifuddin, 2010).
Morfologi telur erat kaitannya dengan fekunditas. Dalam
menghitung fekunditas, yang dihitung adalah telur-telur yang benar-benar sudah
matang, ini berarti butiran-butiran telur sudah standar ukurannya (Mujimin,
2008). Berhubungan dengan fekunditas, lokasi dan kelimpahan telur ikan
memberikan informasi mengenai waktu dan lokasi kegiatan pemijahan, dan dapat
memberikan perikanan independen perkiraan biomassa pemijahan. Namun, nilai
penuh telur dan survei larva sangat dibatasi karena banyak spesies telur dan
larva secara morfologis mirip, membuat spesies tingkat identifikasi sulit (Lani
U. Gleason dan Ronald S. Burton).
Diameter telur ada hubungannya dengan fekunditas. Makin
banyak telur yang dipijahkan, maka ukuran diameter telurnya makin kecil,
demikian pula sebaliknya (Tang da Affandi, 2001). Hal ini juga ditemukan oleh
Wootton (1998) bahwa ikan yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya
mempunyai fekunditas yang lebih banyak, sedangkan yang memiliki diameter telur
yang besar cenderung memiliki fekunditas yang rendah. Semakin besar ukuran
diameter telur akan semakin baik, karena dalam telur tersebut tersedia makanan
cadangan sehingga larva ikan akan dapat bertahan lebih lama. Larva yang berasal
dari telur yang besar memiliki keuntungan karena memiliki cadangan kuning telur
yang lebih banyak sebagai sumber energi sebelum memperoleh makanan dari luar.
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1. Kesimpulan
1.
Bentuk telur pada ikan nilem berbeda-beda berdasarkan
perbedaan pengawetan.
2. Dari 10 sampel telur, 5 telur berbentuk bulat, 1
telur bentuk oval dan
4 telur berbentuk tidak
beraturan
pada telur tanpa pengawetan dengan warna rata – rata kuning.
3. Telur berdasarkan pengawetan dengan
formalin memiliki 9 bentuk telur tidak beraturan dan 1 telur memiliki bentuk oval dengan warna kekuningan.
4. Pengawetan dengan larutan Gilson
terdapat 9 bentuk
telur tidak beraturan dan 1 bentuk telur berbentuk bulat dengan warna kehitaman.
5. Pengawetan dengan proses pendinginan
terdapat semua sample telur
berbentuk tidak beraturan dengan warna orange.
6. Semakin besar ukuran diameter dan semakin
baik bentuk serta warna telur akan semakin baik, karena dalam telur tersebut
tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan dapat bertahan lebih lama.
7.
Bentuk telur yang umum adalah bulat, ada juga bentuk
lonjong, oval dengan beberapa variasi, warna telur umumnya kuning dengam
gradasi bervariasi.
5.2. Saran
Pengambilan
sampel telur pada ikan untuk pengamatan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati
agar tidak merusak dan merubah bentuk telur, karena ketidak hatian dalam
pengambilan sampel menjadi salah satu penyebab kesalahan bentuk morfologi
telur.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiwinata. 1984. Embriologi Perbandingan.
Armica. Bandung.
Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Kanisius.
Yayasan Pustaka Nusatama, Jogjakarta.
Fahry Unus dan Sharifuddin Bin Andy Omar. 2010. Analisis
Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Malalugis Biru (Decapterus macarellus
Cuvier, 1833) Di Perairan Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi
Tengah. Torani (jurnal ilmu kelautan dan perikanan). 20 (1) : 37-43.
Lani U. Gleason dan Ronald S. Burton. 2011. High-Throughput
Molecular Identification Of Fish Eggs Using Multiplex Suspension Bead Arrays.
Molecular ecology resources. 1-10.
Mujimin, 2008. Menghitung Fekunditas Telur Ikan.
Teknisi Litkayasa Akuakultur. 3 (1).
Peranginangin, Rosmawaty. 2008. Teknologi Pengolahan
Telur Ikan. Squalen. Volume 3. Nomor 1.
Sistina, Yulia. 1999. Biologi Larva Petunjuk Mata
Kuliah dan Praktikum. Unsoed. Purwokerto.
Wahyuningsih, Hesti et. Al. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dian, Trianasari. 2010. Laporan praktikum biologi
perikanan/JPK’07/Unsoed. http://id.scribd.com/doc/29880323/Laporan-Praktikum-Biologi-Perikanan-JPK-07-UNSOED, diakses 30 Oktober 2016 pukul 20.00 WIB
Setiadi, Asep. 2010. Biologi larva hewan akuatik
morfologi telur ikan. http://aepcute.blogspot.com/, diakses 30 Oktober 2016 pukul 20.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar