Jumat, 29 Desember 2017

Sahabat yang baik



BENARKAH SAHABAT YANG SHOLIH BISA MENJADI SYAFA'AT DI HARI KIAMAT?


_Tanya :_

Assalaamu'alaikum Ustadz ...

Apakah benar teman/sahabat yang Soleh bisa memberi syafa'at ?
Jazaakallahu khayran


_Jawaban :_

بــسم اللّٰـه
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

✅  Iya benar...
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang syafa'at di hari kiamat,

حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…

Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.

Para mukminin inipun MENGELUARKAN BANYAK SAUDARANYA yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.
Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”
Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.”
Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 183).

[terjemahan hadits di atas dinukil dari saudara saya yang mulia, dr Raehanul Bahraen].

Wallahu a'lam bish showab

Jumat, 22 Desember 2017

Dahsyatnya Cinta yang Tulus


Ditulis oleh ust Budi Ashari

Cinta Tak Mesti Bersama

Yuk belajar lagi tentang cinta. Bukan cinta hina. Tapi cinta mulia. Cinta yang diajarkan orang-orang mulia. Kali ini kita akan belajar dari dua orang yang saling mencintai. Cinta yang bersemayam di hati. Sekian lama, ya sangat lama. Tapi cinta bertahan dan tak kunjung pergi. Taqdir memisahkan mereka. Tapi taqdir pula yang mempertemukan mereka kembali.

Cinta mereka sangat tulus dan suci. Begitu tulusnya hingga tak ada yang mampu memalingkannya. Begitu sucinya hingga tak ada syahwat yang mendesaknya. Mungkin kita akan berderai air mata. Bagaimana ada wanita semulia itu dan sesuci itu. Dan setahan itu. Dan bagaimana laki-laki mulia itu tegar mengajari cinta agar terus mewiridkan nama Rabbnya.

Ini asli sebuah kisah cinta. Cinta yang tak lekang oleh zaman. Perpisahan waktu, tempat, dan jarak bukanlah alasan. Justru waktu yang memisahkan, bak menghitung hari menunggu panen tanaman cinta yang semakin hari semakin ranum.

Namanya Fakhitah. Putri Abu Thalib, paman Nabi. Saudari Ali dan Ja’far. Atau lebih dikenal dengan Ummu Hani’.

Fakhitah ini pernah dilamar oleh seorang laki-laki mulia yang sangat mencintai Fakhitah. Tetapi Abu Thalib lebih memilih laki-laki lain yang bernama Hubairoh.

Laki-laki mulia yang ditolak lamarannya itu pun datang menemui Abu Thalib dan mengungkapkan perih isi hatinya, “Wahai paman, engkau nikahkan ia dengan Hubairoh dan kau tolak aku?”

Uuhhh... terasa perihnya... cinta yang tertolak angin taqdir hingga tak sanggup untuk berlabuh.

Abu Thalib memberikan alasan, “Kami ini dua keluarga besar yang sudah lama berbesan. Beginilah keluarga mulia membalas keluarga mulia.”

Mau apa dikata... bukti bahwa taqdir di atas segalanya. Bahkan di atas kekuatan cinta yang katanya mampu menaklukkan menjulangnya gunung dan ganasnya samudera. Kali ini, cinta harus mengakui kelemahannya. Di hadapan taqdir.

Rumah tangga Fakhitah pun berjalan dengan sangat baik. Sampai dianugerahi 4 anak; Ja’dah, Amr, Yusuf dan Hani’.

Ibnu Sa’ad dalam Ath Thabaqot Al Kubro menuturkan detail kisah cinta ini.

Waktu terus berjalan. Dua insan yang saling mencintai itu masing-masing menjalani taqdirnya. Berpisah hingga nyaris tak ada lagi dalam tutur lisan. Tak ada lagi sua dan jumpa. 500 KM memisahkan mereka. Jarak di zaman itu. Tapi cinta memang luar biasa. Kita perlu belajar pada cinta atas kesabarannya. Ya, ia bersemayam dalam hati, menunggu dan menunggu. Hingga ketika semua telah melupakannya pun, ia tetap menunggu. Dan taqdir datang mengganti taqdir. Cinta kembali menemukan pintunya. Pintu yang halal.

Puluhan tahun bukan waktu yang sebentar. Tapi cinta tetap bertahan di situ. Tak beranjak.

Cinta yang selama ini diam sejuta bahasa. Kini ia harus bicara. Ia memaksa lisan untuk menyadari bahwa cinta masih ada bertahan di sana, belum beranjak dari hati. Walau telah puluhan tahun lamanya.

Usia tak lagi muda. Laki-laki mulia itu sudah tua. Rambut sudah beruban. Bentuk tubuh dan raut wajah tak bisa menyebunyikan 60 tahun usianya. Ummu Hani’ pun telah berusia.

Cinta berjumpa lagi di usia senja.

Ummu Hani’ masuk Islam tahun 8 H. Tapi suaminya malah kabur dan tidak mau masuk Islam. Sehingga mereka harus cerai karena telah berbeda aqidah antara muslimah dan kafir.

Ummu Hani’ dipertemukan kembali dengan laki-laki mulia itu.Cinta menemukan muaranya. Dalam naungan hidayah. Walau usia tak lagi muda. Walau cinta telah terpisah puluhan tahun lamanya. Kini bersemi kembali.

“Siapa?” kata laki-laki mulia itu ketika Ummu Hani’ datang saat waktu Dhuha.

“Aku Ummu Hani’.”

“Selamat datang, Ummu Hani’.”

“Aku mau bertanya tentang kebenaran kalimat saudaraku yang akan membunuh dua orang yang telah minta perlindungan kepadaku,” Ummu Hani’ bertanya setengah meminta.

“Kami melindungi siapapun yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani’,” cinta mulai menyapa.

Dalam pertemuan berikutnya...

Laki-laki mulia itu dengan jantan menyatakan cintanya: Aku melamarmu...!!!

Dahsyat!!! Kedahsyatan pertemuan dua cinta ini lebih dahsyat lagi karena disaksikan oleh tanah suci MEKAH.

Bergetar hati, berguncang jiwa

Benarkah...

Kini biarkan cinta yang menjawab lamaran itu. Cinta melalui lisan Ummu Hani’ bicara,

“Demi Allah aku dulu mencintaimu saat aku masih jahiliyyah. Maka apalagi saat kini aku telah masuk Islam,” cinta mulai menuturkan gelora yang tertahan.

Tak berhenti sampai di situ, cinta ingin membuktikan ketulusannya,

“Engkau lebih aku cintai dari pendengaranku dan penglihatanku.”

Ungkapan cinta mengoyak rasa...

Di hadapan laki-laki mulia itu ada segelas susu. Maka ia meminum sebagiannya. Dan memberikan sebagiannya kepada wanita yang dicintainya dan mencintainya itu. Ummu Hani’ segera meminumnya. Setelah meminumnya, barulah ia mengungkapkan, “Sesungguhnya aku sedang puasa.”

Laki-laki mulia itu bertanya, “Puasa wajib?”

Ummu Hani’ menjawab, “Bukan.”

Laki-laki mulia itu pun berkata, “Kalau begitu tidak masalah. Tapi apa yang membuatmu melakukan ini?”

Ummu Hani’ menjawab, “Karena aku ingin meminum bekasmu.”

Ya Robb, cintaaaa.....

Setelah cinta bertemu cinta. Pertemuan dalam naungan hidayah dan perjumpaan yang halal. Apakah dua cinta akan melebur menjadi bahagia?

Akankah mereka merangkainya hingga menjadi untaian bunga mengalungi sisa usia mereka?

Apakah ini masa cinta memanen hasil kesabarannya?

Ajaibnya... TIDAK

Mengapa...?

Bukankah....

Bukankah....

Ya, justru karena cintalah yang menghalangi. Karena tulusnya. Karena sucinya. Maka ia tak mau mengotori. Tak tega jiwanya menodai.

Cinta dalam diri Ummu Hani’ menjelaskan dengan berat kata,

“Aku telah mempunyai banyak anak. Dan aku tidak mau mereka mengganggumu.”

Cinta terus mengeja alasan,

“Karena hak suami sangatlah agung. Aku takut, jika aku sedang memberikan hak suami, aku mengabaikan sebagian hak diriku dan anak-anakku. Dan jika aku sedang memberikan hak anak-anakku, aku mengabaikan hak suamiku.”

Laki-laki mulia itu hanya terdiam. Sunyi lisan hingga jiwanya.

Sungguh kita telah belajar banyak dari cinta suci Ummu Hani’ dan laki-laki mulia. Sebagaimana cinta tak perlu diundang untuk datang, maka ia tak bisa diusir untuk pergi. Cinta sering masuk tanpa izin. Dan ia juga sering tak mau pergi walau telah diminta dan dipaksa pergi.

Karena ia memilih tinggal di hati. Sementara hati kita bukan milik kita.

Maka, cinta kembali menunjukkan keberadaannya dengan getarnya saat berjumpa dengan cintanya. Tak perlu risau. Seperti Ummu Hani’ dan laki-laki mulia itu. Getar cinta itu hadir saat pintu halal telah terbuka kembali. Dan laki-laki mulia itu menyatakan cintanya dengan berkata: Aku melamarmu.

Selanjutnya serahkan, bagaimana cinta memutuskan.

Tahukah anda, siapa laki-laki mulia yang bersemi cinta dalam dirinya itu. Siapakah laki-laki mulia yang tertahan cintanya karena ditolak lamarannya itu. Siapakah laki-laki mulia yang masih memberi ruang untuk cinta bersemayam puluhan tahun lamanya itu. Siapakah laki-laki mulia yang akhirnya mendialogkan cintanya itu.

Tahukah anda siapa beliau.

Beliau adalah Rasul kita, Rasulullah Muhamad shallallahu alaihi wasallam.

Ummu Hani’ pun berkata,

“Rasulullah melamarku, aku meminta maaf kepada beliau dan beliau pun memahami. Kemudian turunlah firman Allah:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللَّاتِي آتَيْتَ أُجُورَهُنَّ............. اللَّاتِي هَاجَرْنَ مَعَكَ

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya .............................yang turut hijrah bersama kamu.” (Qs. Al Ahzab: 50)

Aku tidak halal baginya karena aku bukan termasuk wanita yang hijrah bersamanya. Aku termasuk orang-orang yang dibebaskan (di Fathu Makkah).”

Cinta begitu tahu diri. Walau ia terus meminta dan menuntut. Tapi cinta suci tahu diri. Tak menuntut melebihi batas dirinya. Sadar siapa dirinya. Seperti cinta Ummu Hani’.

Setelah Ummu Hani’ menolak lamaran Rasulullah walau sebenarnya tak kuasa, Rasulullah terdiam. Tentu terlalu banyak ungkapan jiwa beliau, tapi tak terungkapkan.

Dialog cinta ini diakhiri dengan pujian tulus Rasulullah kepada wanita istimewa yang dicintainya itu. Pujian yang menambah kilau Ummu Hani’,

“Sesungguhnya sebaik-baik wanita yang mengendarai unta (maksudnya, wanita Arab) adalah wanita Quraisy; paling lembut kepada anaknya di usia kecil dan paling menjaga yang dimiliki oleh suaminya.”

Dan kisah cinta ini berakhir sampai di sini. Walau mungkin cinta tetap menetap di relung jiwa. Hingga ajal memisakan keduanya. Rasulullah menghadap Rabb nya pada taun 11 H dan Ummu Hani’ mengakhiri perjalanan cintanya di dunia menuju cinta abadinya di akhirat pada sekitar tahun 50 H.

Kisah cinta yang tulus tapi harus mengalami perpisahan cinta. Kemudian dipertemukan lagi dalam cinta. Tapi harus berpisah lagi untuk mengakhiri babak cinta mereka.

Tetapi tetap saling menyapa dengan tutur lembut, karena begitulah cinta. Tetap saling menghargai, karena begitulah cinta. Tetap saling menghadiahi, karena begitulah cinta. Dan saling mendoakan kebaikan walau tetap tak bisa bersatu, karena begitulah cinta yang suci dan tulus itu.

Minggu, 03 Desember 2017

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENTINGNYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DEMI KEMAJUAN SUATU BANGSA


Oleh :
M. ARI ARDIANA


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017









BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pembangunan masyarakat adalah suatu proses yang ditumbuhkan untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan ekonomi sosial masyarakat seluruhnya kepada inisiatif masyarakat. Dalam konteks pembangunan nasional, maka diperlukan adanya pembangunan pada skala yang lebih kecil, dalam hal ini ialah pembangunan sosial dan pembangunan masyarakat (komunitas). Oleh karena itu pembangunan masyarakat sangatlah penting untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan,  berdaya  saing,  maju,  dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara hirarki, penyuluhan perikanan melibatkan segenap jajaran dalam lingkup pemerintah mulai dari level desa hingga pemerintah pusat. Melalui koordinasi dan komunikasi yang baik dapat dikembangkan penyuluhan perikanan yang berkualitas, yang dapat melayani klien dengan benar sesuai falsafah penyuluhan yang telah dikemukakan di depan.
Model pembanguan haruslah direncanakan. Perencanaan strategis mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) Dipisahkan antara rencana strategis dengan rencana operasional. (2) Penyusunan rencana strategis melibatkan secara aktif semua stakeholders di masyarakat (dengan kata lain, Pemerintah bukan satu-satunya pemeran dalam proses perencanaan strategis. Oleh karena itu, model pembanguan harus mengguakan model yang efektif dengan melihat kondisi masyarakat. Bagi sejumlah pengamat pendidikan, dunia pendidikan di negara-negara kaya yang sudah lebih suntuk dengan industrialisasi seakan-akan menjadi teladan dan impian. Bagi sebagian akademisi Indonesia serta para orang tua Indonesia yang kaya, pendidikan tinggi di luar negeri ini menjadi alternatif pendidikan yang lebih menjanjikan dari pada yang tersedia di Indonesia. Sebuah angan-angan kedaluwarsa biasanya berarak dalam pandangan mereka tentang kehebatan pendidikan luar negeri. Di sana berbagai karya ilmiah dihasilkan.
Komunitas berasal dari bahasa Latin yakni, communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak. Dan dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat ( community ) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Oleh karena, setiap komunitas harus memiliki kompeten dan keahlian dalam bidangnya.

1.2  Tujuan
1.      Membahas pemberdayaan masyarakat dan ciri komunitas yang baik
2.      Membahas model pembangunan masyarakat di perkotaan
3.      Membahas komunitas kompeten



BAB II PEMBANGUNAN MASYARAKAT


2.1  Pengertian
Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain.  Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2006).
Pembangunan masyarakat adalah suatu proses yang ditumbuhkan untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan ekonomi social masyarakat seluruhnya kepada inisiatif masyarakat (Konkon Subrata, 2006).
Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2009).
Pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)” (Siagian, 2008).
2.2   Komunitas yang baik

1.      Primary Group -> Hubungan pribadi yang baik. Berinteraksi satu dengan yang lain berdasarkan hubungan pribadi.
Kompetensi yang dibentuk dalam diri peserta didik melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan peserta didik. Kompetensi yang dapat di bentuk diantaranya, (Komalasari, 2010).
Abraham Sperling dalam Mangkunegara (2007:68) mengemukakan bahwa motivasi itu didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, mulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri (dalam Mangkunegara).
Kelompok primer (primary group) atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana, dimana para anggota-anggotanya saling mengenal, di mana ada kerja sama yang erat (Baron, 2005).
 beberapa sifat antaraksi yang umum berlaku dalam kelompok primer :
1.      Antaraksi sosial didasari atas adat yang tidak tertulis bukan berdasarkan atas hukum formal.
2.      Antaraksi sosial yang bersifat sakral,
3.      Antaraksi kelompok primer itu lebih bersifat homogen.
4.      Antaraksi antara anggota-anggota kelompok primer itu sangat intim dan tidak anonym (Moeis, 2008).
2.      Komunitas memiliki Otonomi : Kewenangan dan kemampuan untuk mengurus kepentingannya sendiri secara bertanggung jawab.
Otonomi daerah sendiri menurut HAW Widjaja adalah Penyerahan urusan pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka system birokrasi pemerintahan (Widjaja, 2007).
Prinsip otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab adalah otonomi daerah itu harus merupakan otonomi yang bertanggung jawab,dalam arti bahwa pemberian otonomi itu harus benar–benar sejalan dengan tujuannya, yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar di pelosok negara dan serasi atau tidak bertentangan dengan peraturan–peraturan, pembinaan politik dan kesatuan bangsa serta menjadi hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan” ( Kaho, 2008 ).
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Dengan otonomi daerah tersebut, menurut Mariun (2007) bahwa dengan kebebasan yang dimiliki pemerintah daerah memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri, mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah.  (Bayu Suryaningrat, 2008).



3.      Komunitas memiliki Viabilitas : Kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri
Gulo (2006) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Viabilitas atau problem solving merupakan salah satu indikator dalam menentukan komunitas yang baik. Berkenaan dengan problem solving, dikenal istilah kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Komalig, 2008).
Menurut Malizia (dalam Blakely dan Bradshaw, 2006) pada pengembangan proyek ,kelangsungan hidup ditentukan dalam kaitannya dengan empat hal yang saling berhubungan yaitu 1. Viabilitas masyarakat / komunitas , 2. Viabilitas lokasional, 3. Viabilitas komersial, 4. Viabilitas implementasi.
Polya (dalam Hudoyo, 2007) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan. Pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimlliki.
4.      Distribusi kemampuan yang merata. Setiap orang berkesempatan sama dan bebas memiliki serta mengatakan kehendaknya
Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat atau mengeluarkan pendapat; hak itu meliputi kebebasan mempertahankan pendapat dengan tanpa gangguan, serta mencari, menerima, dan meneruskan segala informasi dan gagasan, melalui media apa pun (Dahlan dan H. Asy’ari, 2006).
Pemberdayaan sebagai menempatkan pekerja bertanggung jawabatas apa yang mereka kerjakan. Dengan demikian pemimpin memeberikan kepercayaan kepada pegawai supaya pegawai belajar bertanggung jawab atas pekerjaanya serta mengambil keputusan yang tepat (Sedarmayanti, 2010).
Dengan memahami pembangunan sebagai perubahan struktur, maka mekanisme pembentukan modal yang benar merupakan kunci dari pengembangan ekonomi rakyat/masyarakat. Dengan pengertian ini setiap anggota masyarakat memiliki peran serta dalam proses pembangunan, mempunyai kemampuan sama, dan bertindak rasional (Janice, 2015).
Pemberdayaan sebagai suatu program, dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. Sebagai suatu proses, pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup seseorang (on going process) yang melihat proses pemberdayaan individu sebagai suatu proses yang relative terus berjalan sepanjang usia manusia (Adi, 2008).
5.      Kesempatan setiap anggota masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mengurus kepentingan bersama
Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorangbisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan,kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama (Ach. Wazir Ws.,et al, 2010).
Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007).
Partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “partisipasi non fisik dan partisipasi fisik”. Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua). Sedangkan partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional (Basrowi, 2009).
Partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lamanya tinggal (Firmansyah, 2009).
6.      Komunitas yang memberi makna kepada anggotanya. Sejauh manakah pentingnya komunitas bagi seorang anggota?
Komunitas itu adalah sekumpulan orang yang saling berbagi masalah, perhatian atau kegemaran terhadap suatu topik dan memperdalam pengetahuan serta keahlian mereka dengan saling berinteraksi secara terus-menerus. Selain itu, pengertian komunitas ada yang mengacu pada orang yang berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan bersama yang khusus (Broom, 2006).
Pemberian makna kepada orang lain lebih dikenal dengah istilag presepsi. Persepsi adalah suatu proses memberikan makna, yang sebenarnya merupakan akar dari opini, dipengaruhi oleh pendirian yang juga dibentuk oleh tiga faktor penentu yaitu affect, behaviour dan cognition. Persepsi yang sudah dipengaruhi oleh pendirian selanjutnya dapat membentuk opini (Asariansyah, 2013).
Opini individu bisa berkembang menjadi luas. Opini yang terkristal menjadi luas itu disebut opini publik. Opini juga berkaitan erat dengan pendirian, sebagai salah satu ramuan pembentuk opini, pendirian mempunyai tiga komponen pembentuk yakni, Affect atau perasaaan, Behaviour atau perilaku dan Cognition atau pengertian atau penalaran (Shofiyah, 2011).
Pemberikan makna dalam perencanaan suatu pembangunan tidak dilakukan oleh sepihak, dan atas dasar tersebut masyarakat mempunyai hak dan wewenang untuk ikut serta dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan pem-bangunan (Cangara, 2005).
7.      Didalam komunitas dimungkinkan adanya heterogenitas dan perbedaan pendapat.
Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain (Wijono, 2008).
Heterogenitas atau beda pendapat merupakan ciri indicator komitas yang baik. Dalam  proses pembangunan masyarakat dibutuhkan suatu komunitas yang baik. Karena pembangunan masyarkat bertujuan untuk pembentukan masyarakat yang memiliki kemampuan yang memadai untuk memikirkan dan menentukan solusi yang terbaik dalam pembangunan tentunya tidak selamanya harus dibimbing, diarahkan dan difasilitasi (Sulistio, 2012).
Dalam proses pemberdayaan masyarakat, adanya heterogenitas menyebabkan tingkat pendapatan pada suatu komonitas masyarkat  tidak lagi menjadi tolak ukur utama dalam menghitung tingkat keberhasilan pembangunan (Elmubarok, 2008).
Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, misalnya dari segi agama dan budaya akan mempengaruhi strategi partisipasi yang digunakan mereka serta metodologi yang digunakan mereka pula (Huraerah, 2008).


8.      Didalam komunitas, pelayanan masyarakat ditempatkan (dilancarkan) sedekat dan secepat mungkin pada yang berkepentingan.
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pelayanan yang diperlukan manusia pada dasamya ada dua jenis, yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi, baik itu organisasi masa lalu atau Negara (Fathor, 2010).
Pelayanan umum yang wajar Pelayanan umum yang wajar berarti tidak ditambah-tambah menjadi pelayanan yang bergaya mewah, tidak dibuat-buat, pelayanan biasa seperlunya sehingga tidak memberatkan pelanggan.  Pelayanan umum yang terjangkau Dalam memberikan pelayanan, uang retribusi dari pelayanan yang diberikan harus dapat dijangkau oleh pelanggan (Boediono, 2003).
Masyarakat yang merupakan pelanggan dari pelayanan publik, juga memiliki kebutuhan dan harapan pada kinerja penyelenggara pelayanan publik yang professional, sehingga yang sekarang menjadi tugas pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah bagaimana memberikan pelayanan publik yang mampu memuaskan masyarakat (Ratminto, 2005).
Kualitas suatu pelayanan memiliki keterkaitan dengan unsur-unsur yang mempengaruhi kualitas pelayanan itu. Unsur umum yang akan mempengaruhi kualitas pelayanan, adalah tangible, responsivenees, reability, emphaty, dan lain-lain (Tirtariandi, 2012).
9.      Didalam komunitas bisa terjadi konflik. Komunitas harus memiliki kemampuan untuk managing conflict.
Umat manusia selalu berjuang dengan konflik. Kita tidak bisa membayangkan seseorang yang tidak pernah memiliki konflik dalam setiap aktivitasnya (William Hendricks, 1: 2010).  Segala yang berhubungan dengan usaha pencapaian tujuan hampir dipastikan akan selalu berhadapan dengan berbagai pertentangan atau konflik yang melibatkan antar kelompok (Hoda Lacey, 2009).
Bentuk konflik atau pertentangan menurut Soejono Soekamto (2007) terbagi atas pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antara kelas-kelas sosial, pertentangan politik dan pertentangan yang bersifat internasional.  Sedangkan tipe konflik menurut William Hendricks (2010) membagi konflik atas konflik intrapersonal, interpersonal, intra grop dan atar group.
Dampak dari adanya bentuk-bentuk konflik antara lain: Tambahnya solidaritas in group dan bila konflik yang terjadi dalam satu kelompok tertentu malah dapat (Soekanto Soerjono, 2007).
Manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif (Ross, 2006).
BAB III MODEL PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI PERKOTAAN


3.1  Pengertian
Karakteristik Perencanaan strategis yaitu : (1) Dipisahkan antara rencana strategis dengan rencana operasional. (2) Penyusunan rencana strategis melibatkan secara aktif semua stakeholders di masyarakat (dengan kata lain, Pemerintah bukan satu-satunya pemeran dalam proses perencanaan strategis (Zuhriyah dan Amanatuz, 2011).
Sistem perencanaan keruangan di sebagian besar negara Eropa, sejak tahun 1960an, mempunyai struktur yang formal, yaitu adanya hierarki rencana yang menurun dari atas ke bawah, yaitu dari tingkat nasional, ke regional, sampai ke rencana lokal tata ruang (Wiley, J. 2006).
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik yang bersifat material maupun spritual (Mujiadi,dkk. 2009).
Dalam jangka pendek penawaran sangat inelastis, ini berarti harga tanah pada wilayah tertentu akan tergantung pada faktor permintaan, seperti kepadatan penduduk dan tingkat pertumbuhannya, tingkat kesempatan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat serta kapasitas sistem transportasi dan tingkat suku bunga (Noegroho, dkk. 2007).
3.2 Model pembangunan
1.      Model dunia ketiga, strateginya top down sehingga prakarsa dan swadaya masyarakat masih lemah.
Sebagaimana kebijakan pengelolaan lingkungan di Indonesia lainnya bahwa pengelolaan lingkungan dengan pendekatan stated-based didasarkan pada pendekatan top down, dimana dilaksanakan karena ada anggapan bahwa penduduk yang berpenghasilan rendah tidak memiliki pengetahuan teknis yang dibutuhkan untuk memberikan kontribusi efektif dalam proses perencanaan (Loftland, Moleong. 2008).
 Kemiskinan merupakan masalah yang pada umumnya dihadapi hampir di semua negara-negara berkembang, terutama negara yang padat penduduknya (Suradi dkk, 2007).
Pelaksanaan proyek PNPM-MP khususnya program BKM dan KSM mendapatkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Pendapat masyarakat yang pro beranggapan bahwa pada prinsipnya program tersebut adalah perpanjangan tangan dari pemerintah melalui PNPM-MP sehingga masyarakat Desa Namar dan Desa Ngilngof tidak berkeberatan untuk menerima dan melaksanakan program tersebut (Suharto. 2006).
Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai kemandirianmasyarakat diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka secara bertahap masyarakat akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke waktu (Sagrim dan Mamah. 2009).
2.      Model keseimbangan, merupakan modeln korea selatan yang menyeimbangkan antara sektor perkotaan (industri) dan sektor perdesaan (agraris)
Menurut Sjafrizal (2009) ketimpangan pembangunan antar wilayah dipicu oleh beberapa hal antara lain: perbedaan potensi daerah yang sangat besar, perbedaan kondisi demografis dan ketenagakerjaan, dan perbedaan kondisi sosial budaya antar wilayah.
Dalam tinjauan ekonomik dan sosiologik, masyarakat kurban pengalihan fungsi lahan pertanian akan mengalami kesulitan memperoleh pekerjaan baru yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Perubahan pola interaksi sosial semacam ini akan berpotensi menimbulkan konflik karena adanya ketidaksesuaian dalam proses sosial (McCurdy, 2009).
Muhi (2011) mengungkapkan bahwa keterbelakangan pembangunan di perdesaan menyebabkan penduduk desa bermigrasi ke kota, sehingga banyak pemerintah kota menghadapi masalah ledakan penduduk, pengangguran, gelandangan, kriminalitas, dan sebagainya. Fenomena ini membuat jumlah penduduk di kota meningkat tajam.
Pada tahun 2005 Korea Selatan telah berubah menjadi negara industri yang utama. Negara ini juga berada pada peringkat ke-12 dalam PDB nominal, tingkat pengangguran rendah, dan pendistribusian pendapatan yang relatif merata (World Bank, 2007).
3.      Model negara maju digunakan untuk mengatasi dampak negative kemajuan dunia modern yaitu mengatasi dampak pertumbuhan ekonomi yang menjadi beban masyarakat.
Untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti itu, maka pemilihan struktur produksi jasa dan manufaktur, serta mengurangi porsi sektor pertanian secara seimbang, barangkali tidak dapat dihindari (Sztompka, P. 2007).
Alternatifnya, bila seseorang berfikir, bahwa pembangunan itu merupakan upaya peningkatan kemampuan yang membentuk atau dibentuk oleh lingkungannya, maka tentunya dia akan melihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang dimaksudkan hanya merupakan salah satu konsekuensi pembangunan, sekalipun (mungkin) tidak penting (Smit, B., & Wandel, J. 2006).
Penelitian yang dilakukan Wongdesmiwati (2009), menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat kemiskinan (Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2007).
Efektivitas pembelajaran kewirausahaan di kelas kewirausahaan SMK di Malang menununjukkan bahwa materi dan strategi pembelajaran kewirausahaan tidak cukup efektif dalam mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan siswa (Winarno, 2007).

4.      Model kelompok sasaran, masyarakat dikelompokan menjadi kelompok berpenghasilan rendah, kelompok minoritas dan kelompok terasing.
Apabila dilihat dari perbandingan akses keuangan, di negara maju hanya 8 persen dari jumlah penduduknya yang belum memiliki akses keuangan, sedangkan di negara-negara berkembang mencapai 59 persen (Damayanti,  2013).
Menurut Soejamto, terdapat 3 jenis pengendalian yaitu: 1) Pengendalian feed forward (pendahuluan) didesain untuk mengantisipasi masalah yang mungkin muncul dan mengambil tindakan pencegahan. 2) Pengendalian concurrent berfokus pada apa yang terjadi selama proses kerja berlangsung. 3) Pengendalian feedback (umpan balik) dilakukan setelah kegiatan selesai (Hardika. 2007).
Kelompok sasaran/ target penerima subsidi adalah keluarga/ rumah tangga termasuk perorangan baik yang berpenghasilan tetap maupun tidak tetap  (Permenpera No.03/PERMEN/M/2007).
Di dalam kehidupan komunitas ketetanggaan ada istilah yang disebut "wired neighborhoad”, Ibrahim dalam Surya (2010) telah diramalkan bentuk komunitas ini akan muncul, mengikat warga tidak dengan spatial geografi tetapi diikat oleh berbagi kepentingan atau shared interest dalam Evers & Korff dalam batara (2010) (Arsyad dan Lincolin, 2010).

5.      Model lembaga swadaya, merupakan prinsip ideal pembangunan masyarakat yang meliputi swadaya dan kerja sama.
Pembangunan pedesaan perlu mendapat prioritas utama dari pemerintah daerah, karena di wilayah ini ada berbagai kondisi ketertinggalan dan keterbelakangan, baik dilihat dari aspek geografis, topografis, demografis maupun sarana dan prasarana (Adisasmita, 2006).
Implikasinya dapat disimpulkan bahwa modal sosial yang hadir sebelum adanya tindakan kolektif merupakan mekanisme penyesuaian diri masyarakat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di luar sistem mereka (ACE, 2007).
PLP–BK (Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas) yang merupakan salah satu program dari PNPM–MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan) yang merupakan intervensi lanjutan dari P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) (Pedoman PLP–BK, 2008, h.2–3).
Berbagai polemik tersebut, LSM-lah yang selama ini sangat ngotot dan aktif menyuarakan keluhan masyarakat ke tingkat Legislastif (DPRD), Eksekutif dan Yudikatif. Bila tidak minimal permasalahan Warga Negara disampaikan kemedia dan akhirnya menjadi perhatian Publik (Adimihardja. K. 2008).



BAB IV KOMUNITAS KOMPETEN



4.1 Pengertian
Komunitas berasal dari bahasa Latin yakni, communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat (Fathor, 2010).
Pembelajaran dalam pola-pola learning community juga dapat membentuk kompetensi peserta didik. Kompetensi yang dibentuk dalam diri peserta didik melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan peserta didik (Komalasari, 2010).
Namun ketika menyangkut dalam kompetensi yang harusnya muncul ketika menerapkan membangun komunitas belajar yang sesuai dengan pendapat Komalasari, kompetensi yang diharapkan itu tidak semuanya muncul pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Malang (Aneta & Asna,  2010).
Apabila anggota-anggota suatu kelompok baik itu kelompok besar atupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial ( social relationship ) (Gulo, 2006).
4.2 Komponen – kompenen komunitas berkompeten
1.      Mampu mengidentifikasi masalah dan kebutuhan komunitas
Manusia yang sejahtera adalah manusia yang berpendidikan. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan berdampak pada meningkatnya pendapatan. Seorang yang berpendidikan akan lebih mudah memperoleh pekerjaan yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan (Elmubarok  & Zaim, 2008).
Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan memudahkan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik serta memperoleh pendapatan sehingga masyarakat mudah mengakses kesehatan (Diana, 2009).
PM merupakan salah satu cara untuk mengukur taraf kualitas hidup penduduk. Kualitas hidup tercermin dari pendidikan, kesehatan dan kemampuan ekonomi masyarakat yang dilihat dari tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan memudahkan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik serta memperoleh pendapatan sehingga masyarakat mudah mengakses kesehatan (Adam &  Soebagyo, 2011).
Kesejahteraan masyarakat tidak saja dilihat dari tingkat pendidikan tetapi juga dilihat dari tingkat kesehatan. Berkualitas atau tidaknya kesehatan seseorang sangat tergantung dari kemampuan seseorang untuk menjangkau layanan kesehatan (Amien, 2007).
2.      Mampu mencapai kesepakatan tentang sasaran yang dicapai dan skala prioritasnya
Pendidikan adalah prioritas utama. Dalam pendidikan orang dewasa maka harus dipandang secara holistic terkait dengan individu orang dewasa. Dalam hal ini orang dewasa ber asal dari latar belakang sosio budaya yang beragam, dengan identitas yang kuat, dan kepercayaan kuat pula (Lukman Effendy, 2011).
Dalam  proses  pembelajaran  orang  dewasa  sebagai  individu  tidak semata-mata berharap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akan tetapi berharap   dengan   apa  yang  diilikinya   hidupnya   akan  lebih  baik,  lebih bermakna, dan memiliki arti dalam interaksi social. (Lindeman, 2011).
  Hakekatnya  proses pembelajaran  dari  diri sendiri  lebih  banyak  dilakukan  dengan  difasilitasi dengan saran-saran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Materi  yang dipelajari  akan  sangat  beragam  tergantung  kebutuhan yang dirasakan (Allen Tough, 2011).
Semakin besar jumlah pengeluaran utnuk kesehatan, semakin baik pula derajat kesehatan seseorang sehingga berdampak pada kesejahteraan. Semakin kecil jumlah pengeluaran untuk kesehatan, semakin rendah pula derajat kesehatan seseorang yang akan berdampak pada menurunnya kesejahteraan (Fakhriyah, 2014).

3.      Mampu menemukan dan menyepakati cara dan alat untuk mencapai sasaran yang telah disetujui
Persamaan politik dapat didefinisikan sebagai keadaan di mana setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama sebagaimana yang lainnya untuk berpatisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik negara (Saronji, 2006).
 Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat atau mengeluarkan pendapat; hak itu meliputi kebebasan mempertahankan pendapat dengan tanpa gangguan, serta mencari, menerima, dan meneruskan segala informasi dan gagasan, melalui media apa pun dan tanpa memandang batas (Alfendi, 2011).
Pemberdayaan yaitu membuat seseorang menjadi lebih berdaya dari sebelumnya dalam arti wewenang dan tanggung jawabnya termasuk kemampuan individual yang dimilikinya (Sedarmayanti, 2010).
Pemberdayaan sebagai menempatkan pekerja bertanggung jawabatas apa yang mereka kerjakan. Dengan memahami pembangunan sebagai perubahan struktur, maka mekanisme pembentukan modal yang benar merupakan kunci dari pengembangan ekonomi rakyat/masyarakat. Dengan pengertian ini setiap anggota masyarakat memiliki peran serta dalam proses pembangunan, mempunyai kemampuan sama, dan bertindak rasional (Janice, 2015).


4.      Mampu  bekerja sama rasional untuk bertindak mencapai tujuan
Aryan Torrido menulis Pengembangan Sumberdaya Manusia dalam Pembangunan. Manusia mmerupakan sumber daya yang menjadi modal pembangunan. Oleh karena itu sumber daya manusia perlu terus dikembangkan. Terutama tingkat pendidikan, keterampilan dan semangat hidup serta etos kerjanya, yaitu etos kerja yang mencuat dari orientasi nilai-nilai budaya masyarakat (Bathara,2013).
Sudaru Murti menulis Penguatan Kelembagaan Masyarakat Pasca Bencana. Penulis menyimpulkan bahwa penguatan penanganan pasca bencana tanpa langkah profesional baik melalui sistem interaksi dan sistem tindakan sesuai dengan struktur yang ada, dapat dikatakan sebagai jejaring sosial (Blakely, 2006).
Relasi dualistik tersebut akan terurai ketika masing-masing pihak mampu memetakan persoalan dan sekaligus mencari solusinya. Dalam kontek hubungan sosial yang dilakukan oleh lembaga terutama terkait dengan universitas, kedua sisi tersebut juga terus muncul sepanjang dinamika perjalanan kerjasama antar lembaga (Adimihardja, 2008).
Universitas sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi yang berada dalam kontek sosial tidak dapat tercerabut, berada pada menara gading ataupun mengasingkan diri dari interaksi dengan dunia luar, namun sebaliknya keterkaitan (linkage) antara global-nasional maupun lokal (Alfendi, 2011).
4.3 Empat Unsur Dasar Pembangunan Komunitas Menurut Dunham
1.      Program berencana
Mulai dari program NUSSP (Neighborhood Urban Shelter Sector Project) maupun PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), PJ (Penerangan Jalan), komunitas masyarakat kelurahan dan desa diberikan keluasaaan untuk menyuarakan aspirasi pembangunan non fisik dan fisik (termasuk infrastruktur lingkungan), melaksanakan survei mandiri, serta melakukan perhitungan kebutuhan pembangunan (Conyers, 2009).
Dari usulan masyarakat tersebut, kemudian dilakukan penentuan prioritas pembangunan oleh Kantor Kimpraswil (Pemukiman dan Prasarana Wilayah) kota dengan bantuan pihak ketiga (konsultan) . Dari beberapa program yang ada, prioritas pembangunan diutamakan untuk diberikan pada program pembangunan infrastruktur di sekitar lingkungan masyarakat miskin (Bradshaw, 2006).
Dalam kaitan ini, integrasi SIG PP dan SIG kolaboratif merupakan salah satu agenda riset yang penting (Carver 2001 & Mason & Dragićević 2006) dan masih belum banyak dilakukan eksplorasi.
Berangkat dari kenyataan, bahwa publik atau warga masyarakat umum sering di-marginal-kan dalam pengambilan keputusan dan pemilihan prioritas, terminologi SIG partisipatif muncul untuk memfasilitasi penyerapan aspirasi anggota kelompok komunitas masyarakat (Johana, 2013).
2.      Pembangkitan tekad masyarakat untuk menolong diri sendiri tidak bergantung pada orang lain
Problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar (Gulo, 2006).
Viabilitas atau problem solving merupakan salah satu indikator dalam menentukan komunitas yang baik. Berkenaan dengan problem solving, dikenal istilah kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Komalig, 2008).
Menurut Malizia (dalam Blakely dan Bradshaw, 2006) pada pengembangan proyek ,kelangsungan hidup ditentukan dalam kaitannya dengan empat hal yang saling berhubungan yaitu
1. Viabilitas masyarakat / komunitas
2. Viabilitas lokasional
3. Viabilitas komersial
4. Viabilitas implementasi
Pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan. Pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki (Hudoyo, 2007).

3.      Bantuan teknis dari pihak lain termasuk personil, peralatan dan dana
Efektivitas dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan (Rahardjo, 2006).
Koordinasi akan sungguh diperlukan bilamana setiap instansi ingin mencapai produktivitas yang berdayaguna (efisien) dan berhasilguna (efektif). Koordinasi diperlukan mulai dari tahap perencanaan program/kegiatan, tahap pelaksanaan program/kegiatan, bahkan sampai pada tahap evaluasi atau penilaian (Alfendi, 2011).
Rasa ingin mendorong tumbuhnya sikap seseorang dalam kegiatan bersama dan dengan demikian partisipasi horzontal pun salah satu kualitas lainnya masyarakat yang berkembang kemampuannya secara sadar dan bebas memilih dan menyetujui suatu hal, menyerap suatu nilai atau menerima suatu tugas, berkesempatan untuk belajar dari hal-hal yang kecil untuk kemudian meningkat pada hal-hal yang lebih besar mempunyai keyakinan bahwa kemampuannya sendiri (Legiman, 2013).
       Untuk menghadapi orang dewasa seperti ini diperlukan suatu metode atau pendekatan yang tepat serta menggunakan teknik-teknik partisipatif. Orang dewasa akan lebih siap  belajar  apabila   mempunyai   dorongan   untuk  ingin  tahu sesuatu, sehingga pendidikan/pembelajaran orang dewasa perlu dirancang untuk dapat menimbulkan rangsangan keingintahuan (Legiman, 2013).
4.      Pemanduan berbagai keahlian untuk membantu komunitas
Komunikasi merupakan perencanaan yang sistematis maka diperlukan strategi komunikasi. Strategi komunikasi merupakan manajemen perencanaan menyeluruh komunikasi untuk mencapai efek komunikasi yang diinginkan. (Mulyana, 2007).
 Pada pengembangan masyarakat, strategi komunikasi pembangunan merupa-kan alat atau jalan mencapai partisipasi masyarakat dan juga merancang pesan pembangunan yang diperlukan dalam proses perubahan perilaku masyaraka (Nursahid, 2008).
 Aktivitas sehari-hari turut ditentukan oleh tersedianya kebutuhan fisiologis penduduk, terutama sandang, pangan dan papan. Kebutuhan sandang penduduk di dipenuhi dari luar kampung (Tahoba, 2011).
Aktivitas komunikasi melalui program community development di daerah penelitian terdiri dari (a) aktivitas komunikasi dalam proses musyawarah penyu-sunan rencana program pembangunan, seperti rencana program pembangunan infrastuktur umum; dan (b) aktivitas komunikasi dalam kegiatan penyuluhan kepada masyarakat berupa kegiatan-kegiatan penyuluhan di bidang kesehatan, pertanian dan perikanan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat (Dilla S, 2007).




KESIMPULAN

1.      Pembangunan  adalah  suatu  proses  perubahan  menuju  ke  arah  yang lebih baik dan terus menerus untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan masyarakat  Indonesia  yang berkeadilan,  berdaya  saing,  maju,  dan sejahtera.
2.      Dalam pembangunan harus ada unsur komunitas yang baik yang meiliki 9 ciri
3.      Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai  Suatu proses perumusan alternatif yang didasarkan pada data dan fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan kemasyarakatan.
4.      Pendekatan top-down adalah pendekatan pembangunan di mana penentuan keputusan tidak menampung semua aspirasi elemen di kelompok, tetapi hanya mementingkan keputusan bagian tertentu dalam kelompok 
5.       Masyarakat setempat ( community ) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu.
6.      Komunitas yang berkompeten harus memiliki beberapa komponen – komponen diantaranya, mampu mengindentifikasi masalah, mencapai kesepakatan, mampu menemukan menyepakati atau cara dan dapat bekerja sama


Daftar Pustaka

Arsyad. Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan.Yogyakarta: YKPN Barro.
ACE (the American Community Survey – 2005 Edition). 2007. Ten Things to Know about Urban Vs. Rural. Tersedia di (http:// mcdc.missouri.edu/TenThings/urbanrural.shtml). Diunduh 20 September 2016.
Adimihardja. K. 2008. Dinamika Budaya Lokal. Bandung. CV Indra Prahasta bersama Pusat Kajian LBPB.
Ach. Wazir Ws, et al. 2010. Panduan Penguatan Manajemen Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: Secretariat BMA Desa Dengan Dukungan AUS AUD melalui Indonesia HIV/AIDS and STD prevention and core projech (online): http//: Pengertian-pengertian-menurut-para-ahli.html tanggal akses 13 Desember 2015.
Alfendi. 2011. “Analisa Dinamika Kelompok Pada Kelompok Tani Saiyo di Kampung  Jambak  Kelurahan  Koto  Lalang  Kecamatan  Lubuk  Kilangan Kota Padang”. Makalah. Jurusan Sosia Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.Adisasmita,
Rahardjo. 2006. Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan.Graha Ilmu,Yogyakarta.
Asariansyah M F, Choirul S, Stefanus P R. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang).  Jurnal Administrasi Publik (Jap). 1.(6): 1141-1150
Baron, R.A., dan Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial.Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga.
Broom, Cutlip, Center. 2006. Effective Public Relations. Jakarta : Prenada Media.
Bathara, Lamun, Kusai, Johana. 2013. Dinamika Kelompok Pembudidaya Ikan Mawar” Di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara”. Berkala Perikanan Terubuk. Volume 41. Nomor 1: 25- 36.
Blakely and Bradshaw. 2006. Planning Local Economic Development: Theory and Practice, 3rd Ed. SAGE Publication. California@USA.
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta.              
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Pt. Grafindo Persada
Conyers, Diana. 2009. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
Dahlan, Saronji, Drs. Dan H. Asy’ari, S. Pd, M. Pd. 2006. Kewarganegaraan Untuk SMP Kelas VIII Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Davis, Gordon B.2008. Kerangka Dasar: Sistem Informasi Manajemen, Bagian I Pengantar. Seri Manajemen No. 90-A. Cetakan Kedua Belas, Jakarta: PT. Pustaka Binawan Pressindo.
Effendy, Lukman. 2011. Modul Pendidikan Orang Dewasa. Bogor: STTP
Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Fakhriyah, Efa Laela. 2014. Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Perdata.Diunduh dari  http://pustaka.unpad.ac.id pada tanggal 16 November2015
Fathor, 2010, Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik BRSUD Kabupaten Bangkalan Madura. Jurnal Studi Manajemen. 4 (1).
Gulo, W. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.
Hardika. 2007. Perubahan Pola Kerja Masyarakat Petani Pasca Pengalihan Fungsi Lahan Pertanian untuk Pemenuhan Kebutuhan Nonpertanian. Forum Penelitian: Jurnal Teori dan Praktik Penelitian.Tahun 19, Nomor 1, Juni 2007, hlm 073-096.
Huraerah, A. 2008. Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat. Penerbit Humaniora. Bandung.
Ivancevich, M John et al. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. (terjemahan Dharma Yuwono). Jakarta: Erlangga.
Jawa Pos. 2008. Umur Petani di Bawah 30 Tahun Hanya 12 Persen. 22 Maret 2008 halaman 15.
Janice, Astrella. 2015. Studi Tentang Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Bpmd) Dalam Pembangunan Desa Di Desa Tanjung Lapang Kecamatan Malinau Barat Kabupaten Malinau. Ejournal Ilmu Pemerintahan. 3 (3): 1460-1471Gulo, W. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.
Kaho, Josef riwu. 2008. Prospek Otonomi di Negara Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Komalig FM, Hananto M, Sukana B, Pardosi J. 2008. Faktor Lingkungan yang Dapat Meningkatkan Resiko Penyakit Lupurs Eritematosus Sistemik. Jurnal Ekologi Kesehatan ; 7(2):747-57.
Konkon Subrata. 2009. Diktat Dinamika Kepemimpinan. Jurusan PLS FIP IKIP. Bandung.
Legiman. 2013. Pembelajaran Orang Dewasa. Yogyakarta: Widyaiswara LPMPMaas,.
Linda T. 2004. “Peranan Dinamika Kelompok Dalam Meningkatkan Efektifitas   Kerja   Tim”.   Makalah.   Fakultas   Kesehatan   Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Loftland, Moleong. 2008. Analisis data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. UI-Press: Jakarta.
Lacey,    Hoda, 2009, How to Resolve Conflict the Workplace (Mengelola Konflik di Tempat Kerja), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mikkelsen, Britha. 2007. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mujiadi,dkk. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Miskin, studi evaluasipenanggulangan Kemiskin-an Di Lima Provinsi, Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, P3KS Press.
Mulyadi Sumarto, 2006 “Saemaul Undong: Ideologi, Pendekatan dan Kontribusinya”, Makalah Lokakarya Tentang Korea III (Yogyakarta: Pusat Studi Korea dan the Foundation of Korean,), hlm. 215.
Moleong. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT Ramaja Rosdakarya; Bandung.
Mulyana. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Masduqi, A., Endah, N., & Soedjono, E. S. (2008). Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Berbasis Masyarakat: Studi Kasus HIPPAM di DAS Brantas Bagian Hilir. In Naskah dipresentasikan dalam seminar nasional Pascasarjana VIII-ITS.
Nursahid F. 2008. CSR Bidang Kesehatan dan Pendidikan Mengembangkan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indonesia Business Links.
Noegroho, Yoenanto Sinung, Soelistianingsih. Lana. 2007. Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional. Papper disajikan dalam Parallel Session IVA: Urban & Regional 13 Desember 2007. Jam 13.00-14.30 Wisma Makara. Kampus UI – DepokNugroho, Iwan dan Rochmin Dahuri. 2009. Pembangunan Wilaya, Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Pustaka LP3ES. Jakarta.
Polya, G. 2007. How to solve It. Prinseton, NJ: Prinseton University Press.
Poteete, A.  E. Ostrom.  2004. Heterogeneity, Group Size dan Collective Action : The Role of Institutions in Forest Management, Ford Foundation and National Science.
Ratminto & Afik Septi W, 2005. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Robbins P. Stephen, 2003.“ Organisation Behaviour ˮ̔̔, Edisi 9, New Jersey, Prentice Hall International Inc.
Sendarmayanti. 2010. ManajemenSumber Daya Manusia: Rejormasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negri. Bandung: Refika Aditama 
Shofiyah.2011. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Fungsi Kepala Desa Sebagai Opinion Leader Di Desa Pewunu Kec. Dolo Barat Kab. Sigi. Jurnal Academica Fisip Untad. 3 (1): 564-575.
Siagian, Sondang.2008. Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan 15). Jakarta: Bumi Aksara.
Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi (Suatu Pengantar) Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Sulistio, Denni. 2012. Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Jawa Tengah Tahun 2006-2009. Economics Development Analysis Journal. 1 (1): 115.
Tahoba A. 2011. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik. (Kasus Konflik Perusahaan BP LNG Tangguh dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat. [Tesis] Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tirtariandi, Yuli. 2012. Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kinerja Aparatur Pemerintah Kecamatan Terhadap Kualitas Pelayanan Masyarakat ( Studi Di Kantor Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik Dan Pembangunan. 3 (1): 396-407.
Wijono. 2008. Konflik Dalam Organisasi. Semarang: Satya Wacana.
William Hendricks. 2010.   Bagimana Mengelola Konflik (Petunjuk Praktis untuk Manajemen Konflik yang Efektif) Bumi Aksara: Jakarta Wilujeng, Sri Rahayu. 2013. Hak Asasi Manusia: Tinjauan Dari
Puji Hidayanti. 2006. Pengembangan Masyarakat Kemiskinan dan Upaya Pemberdayaan, komunitas jurnal Masyarakat Islam, Jurnal Volume 2, Nomor 1.
Sagrim, Mamah. 2009. Transisi Masyarakat Tradisional Indonesia dalam Budaya Konsumtif. International Institute Research Culture Society and Natural P r o t e c t i o n (IRCSNP). Diunduh di http://juanfranklinsagrim. blogspot.com/dan http://www.hamah.socialgo. com/. Diunduh 21 September 2016.
Sztompka, P. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.
Smit, B., & Wandel, J. 2006. “Adaptation, Adaptive Capacity and Vulnerability”. Global Environmental Change 16(3): 282–292.
Saparin, Hanif Nurcholis. 2011. Pembaharuan Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharto. 2006. Pemberdayaan Masyarakat Strategi Pembangunan yang Berakar Kerakyatan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Suradi dkk, 2007. Pemberdayaan Masyarakat Miskin, studi Evaluasi Penanggulangan Kemiskinan di lima Provinsi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia, P3KS Press.
Dilla S. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Bandung: Refika Offsed.
Todaro. Michael P. & Smith. Stephen C. (2006). Pembangunan Ekonomi. Edisi ke 9. Jakarta: Erlangga.
World Bank. 2007. Pakistan Promoting Rural Growth and Poverty Reduction. Dalam Document of The World Bank Report No. 39303- PK 30 March. Sustainable dan Development Unit South Asia Region.
Wiley, J. 2006. Corporate Finance.. Mc. Grow Hill Los Angeles.
Zuhriyah, Amanatuz. 2011. Produktivitas Susu Peternak Rakyat. http://agribisnis.trunojoyo.ac.id. Diakses tanggal 27 Januari 2012.